Hadramaut di Persimpangan Loyalitas Yaman

Hadramaut kini menjadi salah satu wilayah paling menentukan dalam masa depan Yaman. Provinsi terluas dan terkaya sumber daya ini tidak lagi berdiri sebagai satu blok politik tunggal, melainkan terbelah ke dalam berbagai arus loyalitas yang saling bersaing, mencerminkan kompleksitas sejarah, ekonomi, dan geopolitik kawasan timur Yaman.

Secara umum, peta politik Hadramaut dapat dibaca melalui empat kecenderungan utama. Masing-masing memiliki basis sosial, militer, dan eksternal yang berbeda, serta visi sendiri tentang masa depan Hadramaut di tengah konflik nasional yang tak kunjung usai.

Kelompok pertama adalah pendukung Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional melalui Dewan Kepemimpinan Presiden atau PLC. Basis utama kelompok ini berada di wilayah Wadi Hadramaut, khususnya Seiyun dan Tarim, yang sejak lama menjadi markas Wilayah Militer Pertama Yaman.

Pendukung PLC di Hadramaut umumnya berasal dari birokrasi lama, perwira militer, dan sebagian elite suku yang khawatir perubahan radikal akan menghancurkan stabilitas relatif yang masih tersisa. Mereka menekankan pentingnya keutuhan Yaman, meski dalam praktiknya mendukung otonomi administratif yang lebih luas.

Kelompok kedua adalah pendukung Dewan Transisi Selatan atau STC. Basis mereka kuat di pesisir Hadramaut seperti Mukalla, terutama setelah keberhasilan STC memperluas pengaruh militer dan keamanan di wilayah selatan Yaman.

Pendukung STC di Hadramaut melihat masa depan wilayah ini sebagai bagian dari Arabia Selatan atau Yaman Selatan yang merdeka. Namun, berbeda dengan Yafa atau Dhale, dukungan ini sering bersifat pragmatis, didorong oleh janji keamanan dan akses kekuasaan, bukan semata ideologi separatis.

Kelompok ketiga adalah pendukung Hadramaut Merdeka, sebuah arus yang menolak baik dominasi Sana’a maupun Aden. Kelompok ini berakar pada sejarah Hadramaut sebagai wilayah dengan identitas politik dan budaya yang berbeda, pernah diperintah oleh kesultanan Kathiri dan Qu’aiti.

Pendukung Hadramaut Merdeka menuntut negara atau federasi Hadramaut sendiri, dengan kontrol penuh atas sumber daya minyak dan pelabuhan. Mereka menilai baik PLC maupun STC sama-sama berpotensi menggantikan satu bentuk dominasi dengan dominasi lain.

Kelompok keempat adalah arus yang mendukung koneksi strategis Hadramaut dengan Arab Saudi. Kelompok ini tidak selalu menyerukan aneksasi, tetapi melihat integrasi ekonomi, keamanan, dan logistik dengan Riyadh sebagai jaminan stabilitas jangka panjang.

Pendukung koneksi Saudi ini mencakup elite bisnis, sebagian tokoh suku, dan jaringan keamanan lokal yang menikmati manfaat ekonomi dari perdagangan lintas perbatasan dan bantuan Saudi. Bagi mereka, Hadramaut bisa otonom, merdeka, atau berada dalam kerangka STC, asalkan hubungan khusus dengan Saudi terjamin.

Keempat arus ini tidak berdiri kaku dan terpisah sepenuhnya. Dalam praktiknya, banyak tokoh dan komunitas berada di wilayah abu-abu, mendukung satu pihak secara politis tetapi bernegosiasi dengan pihak lain demi kepentingan lokal.

Fragmentasi ini diperparah oleh faktor geografis Hadramaut yang terbagi antara pesisir dan lembah pedalaman. Mukalla dan pesisir cenderung terbuka pada STC, sementara Seiyun dan Wadi Hadramaut menjadi benteng PLC dan jaringan Saudi.

Sejarah Hadramaut sebagai wilayah kosmopolitan turut memengaruhi pilihan politiknya. Jaringan diaspora Hadrami di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan Teluk membawa perspektif global yang sering lebih pragmatis daripada ideologis.

Dalam konteks ini, gagasan Hadramaut Merdeka memperoleh daya tarik simbolik, tetapi masih lemah secara militer dan institusional. Tanpa dukungan eksternal kuat, gagasan ini berisiko terjepit antara STC dan Saudi.

Bagi STC, Hadramaut adalah kunci legitimasi negara selatan. Tanpa Hadramaut, Arabia Selatan akan kehilangan wilayah terluas dan sebagian besar sumber daya energinya, membuat proyek kemerdekaan sulit bertahan.

Bagi PLC, mempertahankan Wadi Hadramaut berarti menjaga klaim bahwa negara Yaman masih memiliki wilayah strategis di luar kendali Houthi dan STC. Ini menjadi simbol keberlangsungan negara de jure.

Arab Saudi memandang Hadramaut melalui lensa keamanan dan ekonomi. Stabilitas wilayah ini lebih penting bagi Riyadh dibandingkan siapa yang secara formal memerintahnya, selama kepentingan Saudi terlindungi.

Ketegangan antara keempat arus ini menjadikan Hadramaut arena tawar-menawar regional. Setiap perubahan keseimbangan militer di Aden atau Marib langsung berdampak pada dinamika di Mukalla dan Seiyun.

Ke depan, masa depan Hadramaut kemungkinan tidak ditentukan oleh satu deklarasi politik tunggal, melainkan oleh kompromi bertahap di antara keempat arus ini. Model federasi longgar atau otonomi khusus bisa menjadi jalan tengah.

Namun, jika salah satu pihak memaksakan kehendak secara sepihak, Hadramaut berpotensi menjadi episentrum konflik baru, bukan hanya bagi Yaman, tetapi juga bagi stabilitas kawasan Arab Selatan secara keseluruhan.


Hubungan Yafa dan Hadramaut sejak awal bukan hubungan setara, melainkan hubungan pinggiran–inti yang dibentuk oleh sejarah, geografi, dan perebutan pengaruh. Keduanya sama-sama “Selatan”, tetapi tidak pernah memiliki imajinasi politik yang sama tentang negara, kekuasaan, dan pusat otoritas.

Secara historis, Yafa dan Hadramaut berkembang dalam dua dunia berbeda. Yafa tumbuh sebagai konfederasi suku pegunungan yang militeristik dan dekat dengan Aden, sementara Hadramaut berkembang sebagai wilayah kosmopolitan, berbasis perdagangan, ulama, dan diaspora lintas samudra. Sejak abad ke-18, orientasi Hadramaut lebih ke Samudra Hindia—Asia Tenggara dan Afrika Timur—ketimbang ke Aden atau pedalaman Yaman.

Pada masa kolonial Inggris, perbedaan ini semakin mengeras. Yafa menjadi bagian integral Federasi Aden, terhubung langsung dengan struktur keamanan dan militer kolonial. Sebaliknya, Hadramaut (Kathiri dan Qu‘aiti) diperlakukan sebagai protektorat terpisah yang longgar, dengan otonomi luas dan jarak politik dari Aden. Ini menciptakan persepsi di Hadramaut bahwa Aden—dan elite Yafa di sekitarnya—bukan pusat alami kekuasaan mereka.

Ketika Inggris membentuk Federation of South Arabia, Hadramaut tidak sepenuhnya masuk ke dalam proyek tersebut. Bagi elite Hadramaut, federasi yang dipimpin Aden dan Yafa dipandang sebagai upaya penyeragaman yang berpotensi menggerus kedaulatan lokal kesultanan mereka. Kecurigaan ini bertahan hingga hari ini.

Pada era PDRY (1967–1990), hubungan Yafa–Hadramaut berubah menjadi relasi dominan–terdominasi. Aparat keamanan dan militer negara kiri itu banyak direkrut dari Yafa, Dhale, dan Lahij. Hadramaut sering merasa diperlakukan sebagai “wilayah sumber daya” yang dikendalikan dari Aden, bukan mitra setara. Trauma ini masih hidup kuat di memori kolektif Hadramaut.

Inilah sebabnya mengapa narasi kemerdekaan Yaman Selatan versi STC—yang sangat beraroma Yafa—diterima dengan dingin di Hadramaut. Bagi banyak Hadrami, kemerdekaan di bawah STC bukan pembebasan, melainkan perpindahan pusat dominasi dari Sana’a ke Aden–Yafa.

Hubungan ini juga dipengaruhi perbedaan struktur sosial. Yafa bersifat kesukuan dan militer, sementara Hadramaut bersifat hierarkis-ulama dan niaga. Hadramaut terbiasa dengan kompromi, hukum adat kota, dan hubungan eksternal, sedangkan Yafa terbiasa dengan kontrol wilayah melalui kekuatan bersenjata. Dua budaya politik ini sering berbenturan.

Dalam konteks hari ini, ketegangan itu tampak jelas. Yafa melalui STC mendorong integrasi Hadramaut ke dalam South Arabia, sementara banyak elite Hadramaut menuntut otonomi luas, federasi khusus, atau bahkan negara Hadramaut sendiri. Ini bukan sekadar perbedaan taktik, melainkan perbedaan visi sejarah.

Namun hubungan Yafa–Hadramaut bukan sepenuhnya permusuhan. Ada ruang pragmatisme. Sebagian elite Hadramaut bersedia bekerja sama dengan STC selama kepentingan lokal—keamanan, pendapatan minyak, dan administrasi—tidak dikendalikan penuh dari Aden. Di sisi lain, Yafa sadar bahwa memaksakan kehendak di Hadramaut bisa memicu perlawanan berkepanjangan.

Singkatnya, hubungan Yafa dan Hadramaut adalah hubungan ambigu: satu sisi berada dalam proyek “Selatan”, sisi lain membawa memori dan kepentingan yang berbeda. Yafa melihat Hadramaut sebagai bagian esensial negara selatan, sementara Hadramaut melihat Yafa sebagai aktor dominan yang harus dibatasi.

Ke depan, jika South Arabia benar-benar dideklarasikan, relasi Yafa–Hadramaut akan menjadi penentu stabilitas atau kegagalan negara baru itu. Tanpa kompromi yang menjamin otonomi nyata Hadramaut, konflik internal selatan berpotensi lebih berbahaya daripada konflik dengan Sana’a atau Houthi.
Hadramaut di Persimpangan Loyalitas Yaman Hadramaut di Persimpangan Loyalitas Yaman Reviewed by peace on 6:04 PM Rating: 5

carousel