Ekonomi Carut Marut di Tapteng
Tidak semua usaha di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat bertahan dari kondisi perekonomian yang tidak stabil. Artinya, rata-rata usaha yang ada, hancur akibat kondisi ketidakstabilan itu.
Namun tidak demikian halnya bagi pedagang aksesoris (pernak-pernik) laut yang banyak tersebar di Kota Pandan Tapteng, khususnya di sepanjang Pantai Pandan. Usaha kerajinan tangan asli dari daerah tersebut, hingga sekarang masih eksis dan hasil jual tetap stabil dari waktu ke waktu.
Pak Uwek Tanjung (50 Tahun) misalnya. Salah seorang pedagang aksesoris laut yang sudah melakoni usaha ini sejak masih berusia muda kepada Global, mengatakan, lancar tidaknya usaha ini, tergantung kepada kelancaran pasokan bahan baku dari nelayan yang sejauh ini bahan baku ini masih dapat dipenuhi. Sebab untuk memperolehnya tidak terlalu sulit, karena bahannya sebahagian bisa didapat di sepanjang pasir pantai dan di perairan yang masih terbilang dangkal dengan kedalaman hanya 3 meter.
Dari hasil berjualan tersebut, para pedagang di sana rata-rata setiap harinya bisa menghasilkan pemasukan sekitar Rp 300.000 pada hari-hari biasa dan Rp 500.000 jika hari besar seperti hari-hari libur.
"Kalau pasokan bahan baku ini macet, otomatis permintaan pembeli akan menurun. Karena satu-dua jenis saja barang yang dijual tidak ada, sudah merugikan bagi pedagang," katanya, seraya menambahkan bahwa hasil yang diperoleh selama ini lebih dari cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Meskipun demikian ujarnya, mereka masih berharap campur tangan dari pemerintah, sebab selama ini masih kurang berperan terhadap perkembangan dan kemajuan usaha masyarakat ini seperti pembangunan sarana dan prasaran pantai untuk lebih menarik wisatawan dalam jumlah yang banyak, serta penataan terhadap para pedagang sedemikian rupa, agar keberadaannya teratur dan tidak tersebar secara tidak beraturan.
"Untuk itu dipandang perlu membangun kios-kios permanen di sepanjang pantai. Sebab, seluruh pedagang aksesoris ini sendiri masih menumpang di lahan orang dengan biaya per tahunnya bervariasi sebesar Rp 200.000 - Rp 250.000," ucapnya.
Sementara itu, apa yang menarik terhadap aksesoris ini, salah seorang pengunjung ketika ditemui Global, Yessi Y Br Sianturi (16 Tahun) warga Pematangsiantar di lokasi dagangan Pak Uwek Tanjung mengatakan, ada beberapa hal yang menarik dari aksesoris laut ini, di samping tidak mudah rusak, modelnya juga unik.
"Saya suka menyukai bentuknya. Coraknya klasik namun terkesan modern. Sangat modis jika pakai," katanya.
Adapun jenis aksesoris tersebut seperti cincin dan gelang dari kura-kura, kalung, pot bunga/bunga kerang, tirai lampu, tempat foto dan lain sebagainya. Harga jualnya di kalangan pedagang berkisar Rp 3.000 hingga Rp 50.000.
Namun tidak demikian halnya bagi pedagang aksesoris (pernak-pernik) laut yang banyak tersebar di Kota Pandan Tapteng, khususnya di sepanjang Pantai Pandan. Usaha kerajinan tangan asli dari daerah tersebut, hingga sekarang masih eksis dan hasil jual tetap stabil dari waktu ke waktu.
Pak Uwek Tanjung (50 Tahun) misalnya. Salah seorang pedagang aksesoris laut yang sudah melakoni usaha ini sejak masih berusia muda kepada Global, mengatakan, lancar tidaknya usaha ini, tergantung kepada kelancaran pasokan bahan baku dari nelayan yang sejauh ini bahan baku ini masih dapat dipenuhi. Sebab untuk memperolehnya tidak terlalu sulit, karena bahannya sebahagian bisa didapat di sepanjang pasir pantai dan di perairan yang masih terbilang dangkal dengan kedalaman hanya 3 meter.
Dari hasil berjualan tersebut, para pedagang di sana rata-rata setiap harinya bisa menghasilkan pemasukan sekitar Rp 300.000 pada hari-hari biasa dan Rp 500.000 jika hari besar seperti hari-hari libur.
"Kalau pasokan bahan baku ini macet, otomatis permintaan pembeli akan menurun. Karena satu-dua jenis saja barang yang dijual tidak ada, sudah merugikan bagi pedagang," katanya, seraya menambahkan bahwa hasil yang diperoleh selama ini lebih dari cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Meskipun demikian ujarnya, mereka masih berharap campur tangan dari pemerintah, sebab selama ini masih kurang berperan terhadap perkembangan dan kemajuan usaha masyarakat ini seperti pembangunan sarana dan prasaran pantai untuk lebih menarik wisatawan dalam jumlah yang banyak, serta penataan terhadap para pedagang sedemikian rupa, agar keberadaannya teratur dan tidak tersebar secara tidak beraturan.
"Untuk itu dipandang perlu membangun kios-kios permanen di sepanjang pantai. Sebab, seluruh pedagang aksesoris ini sendiri masih menumpang di lahan orang dengan biaya per tahunnya bervariasi sebesar Rp 200.000 - Rp 250.000," ucapnya.
Sementara itu, apa yang menarik terhadap aksesoris ini, salah seorang pengunjung ketika ditemui Global, Yessi Y Br Sianturi (16 Tahun) warga Pematangsiantar di lokasi dagangan Pak Uwek Tanjung mengatakan, ada beberapa hal yang menarik dari aksesoris laut ini, di samping tidak mudah rusak, modelnya juga unik.
"Saya suka menyukai bentuknya. Coraknya klasik namun terkesan modern. Sangat modis jika pakai," katanya.
Adapun jenis aksesoris tersebut seperti cincin dan gelang dari kura-kura, kalung, pot bunga/bunga kerang, tirai lampu, tempat foto dan lain sebagainya. Harga jualnya di kalangan pedagang berkisar Rp 3.000 hingga Rp 50.000.
Ekonomi Carut Marut di Tapteng
Reviewed by peace
on
8:31 AM
Rating: